Kecurangan (Fraud) merupakan suatu tindakan yang umumnya dilakukan secara sengaja oleh seseorang dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Ada beberapa teori mengenai kecurangan diantaranya:
A.
Teori
Fraud Triangle
1.
Pressure (Dorongan)
Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang
melakukan fraud, contohnya hutang atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah,
ketergantungan narkoba, dll. Pada umumnya yang mendorong terjadinya fraud
adalah kebutuhan atau masalah finansial. Tapi banyak juga yang hanya terdorong
oleh keserakahan.
2.
Opportunity (Kesempatan)
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi.
Biasanya disebabkan karena internal control suatu organisasi yang lemah,
kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen
fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk
diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya deteksi
dini terhadap fraud.
3.
Rationalization (Pembenaran)
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya
fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas tindakannya, misalnya: Bahwa tindakannya untuk
membahagiakan keluarga dan orang-orang yang dicintainya, perusahaan telah mendapatkan
keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian
sedikit dari keuntungan tersebut.
B. Teori Fraud Diamond
Pada tahun 2004 muncul sebuah teori
fraud yang diperkenalkan oleh Wolfe dan Hermanson, teori yang mereka temukan
dikenal dengan fraud diamond theory.Teori
fraud diamond merupakan penyempurnaan
teori fraud triangle. Teori fraud diamond menambahkan elemen
kapabilitas/kemampuan (capability) sebagai elemen keempat selain elemen tekanan
(pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) yang
sebelumnya telah dijelaskan dalam teori fraudtriangle. Menurut Wolfe dan
Hermanson, penipuan atau kecurangan tidak mungkin dapat terjadi tanpa orang
yang memiliki kemampuan yang tepat untuk melaksanakan penipuan atau kecurangan
tersebut.
Kemampuan yang dimaksud adalah sifat
individu melakukan penipuan, yang mendorong mereka untuk mencari kesempatan dan
memanfaatkannya. Peluang menjadi akses
masuk untuk melakukan fraud, tekanan dan rasionalisasi dapat menarik seseorang
untuk melakukan fraud, tetapi orang tersebut harus memiliki kemampuan yang baik
untuk mengenali peluang tersebut agar dapat melakukan taktik fraud dengan tepat
dan mendapatkan keuntungan maksimal.
C. Teori
Fraud Pentagon
(Crowe’s fraud pentagon theory)Teori
terbarukan yang mengupas lebih mendalam mengenai factor - faktor pemicu fraud
adalah teori fraud pentagon (Crowe’s fraud pentagon theory). Teori ini
dikemukakan oleh Crowe Howarth pada 2011. Teori fraud pentagon merupakan
perluasan dari teori fraud triangle yang sebelumnya dikemukakan oleh Cressey,
dalam teori ini menambahkan dua elemen fraud lainnya yaitu kompetensi (competence)
dan arogansi (arrogance).
Kompetensi
(competence) yang dipaparkan dalam teori fraud pentagon memiliki makna yang
serupa dengan kapabilitas/kemampuan (capability) yang sebelumnya dijelaskan
dalam teori fraud diamond oleh Wolfe dan Hermanson pada 2014.
Kompetensi/kapabilitas merupakan kemampuan karyawan untuk mengabaikan kontrol
internal, mengembangkan strategi penyembunyian, dan mengontrol situasi sosial
untuk keuntungan pribadinya (Crowe, 2011). Menurut Crowe, arogansi adalah sikap
superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa kontrol internal atau
kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya.
Sumber:
1.
http://www.academia.edu/6634188/FRAUD_TRIANGLE
2. https://mukhsonrofi.wordpress.com/2008/09/04/fraudtriangle-segitiga-fraud/
2. https://mukhsonrofi.wordpress.com/2008/09/04/fraudtriangle-segitiga-fraud/
3.
https://arezky125.wordpress.com/2013/05/13/faktor-pemicu-fraud/
4. Google Images
4. Google Images
Tidak ada komentar:
Posting Komentar